Sunday, July 22, 2007
AKHIR PENANTIAN PANJANGKU
Bola permainan sampai juga di depan gawang. Peluit panjang telah di bunyikan sang pengadil lapangan tanda bola yang baru saja aku tendang masuk ke gawang dan berakhirlah penantian panjangku. Penantian yang menguras tenagaku.
Wednesday, May 30, 2007
Kemenagan yang indah bagi Jiwa yang Kalah
Apa arti sebuah kemenangan jika di dalam team sebenarnya masih banyak jiwa yang kalah. Kemenangan Milan atas Liverpool di ajang Champion mungkin tidak berarti apa-apa andai saja Maldini, Kaka sampai Anceloti tidak punya jiwa kemenangan yang sesungguhnya. Saya bukan orang yang kecewa atas kemenangan Milan karena saya sendiri adalah Milanisti. Saya hanya mengambil moment kemenangan Milan untuk mencoba merenung tentang arti kemenangan yang sesungguhnya.
Sebenarnya apa sih arti kemenangan itu?
Banyak orang mengira kemenangan adalah sebuah keberhasilan. Tapi keberhasilan yang bagaimana, orang tidak pernah melihat bagaimana usaha meraih kemenangan itu. Team sekelas Milan harus mengalami jalan panjang dan manajemen harus mengeluarkan jutaan dollar hanya untuk mengangkat sebuah piala yang harganya jauh dibawahnya. Tapi mengapa mereka rela menghabiskan jutaan dollar itu?. Ataukah hanya sebuah prestise dan pujian yang diinginkan? Tentu bukan itu tapi sebuah kepuasan memang harus dibayar dengan harga mahal entah itu waktu, tenaga ataupun uang.
Kemudian ada seorang anak yang meraih nilai terbaik di kelasnya. Semua orang kagum padanya anak itu juga bangga akan kemampuan dirinya, wajar sih sebenarnya kalau dia dibilang meraih kemenangan. Namun bukan itu yang terjadi sebenarnya, karena mereka semua tidak tahu ada ketidak jujuran peran yang harus dilakonkan oleh anak itu. Kalau disepakbola dia sengaja terjatuh untuk mendapatkan sebuah pinalti. Tapi diperan tersebut anak ini tidak pernah mau mengakui bahwa sebenarnya di dalam kemenangannya ada jiwa yang kalah di satu sisi hatinya maka jadilah lagu "kemenangan yang indah bagi jiwa yang kalah" yang sering dinyanyikan teman2nya.
Sebenarnya apa sih arti kemenangan itu?
Banyak orang mengira kemenangan adalah sebuah keberhasilan. Tapi keberhasilan yang bagaimana, orang tidak pernah melihat bagaimana usaha meraih kemenangan itu. Team sekelas Milan harus mengalami jalan panjang dan manajemen harus mengeluarkan jutaan dollar hanya untuk mengangkat sebuah piala yang harganya jauh dibawahnya. Tapi mengapa mereka rela menghabiskan jutaan dollar itu?. Ataukah hanya sebuah prestise dan pujian yang diinginkan? Tentu bukan itu tapi sebuah kepuasan memang harus dibayar dengan harga mahal entah itu waktu, tenaga ataupun uang.
Kemudian ada seorang anak yang meraih nilai terbaik di kelasnya. Semua orang kagum padanya anak itu juga bangga akan kemampuan dirinya, wajar sih sebenarnya kalau dia dibilang meraih kemenangan. Namun bukan itu yang terjadi sebenarnya, karena mereka semua tidak tahu ada ketidak jujuran peran yang harus dilakonkan oleh anak itu. Kalau disepakbola dia sengaja terjatuh untuk mendapatkan sebuah pinalti. Tapi diperan tersebut anak ini tidak pernah mau mengakui bahwa sebenarnya di dalam kemenangannya ada jiwa yang kalah di satu sisi hatinya maka jadilah lagu "kemenangan yang indah bagi jiwa yang kalah" yang sering dinyanyikan teman2nya.
Saturday, April 28, 2007
SEPAK SANA ATO SINI
Saat aku masuk menjadi 11 team inti dan diwajibkan ikut karena memang kata pelatih pemain kurang. Kondisi badan yang tidak sehat dan pikiran yang tidak terkonsentrasi dilupakan saja kata 10 pemain lainnya. Sebenarnya bukan 10 pemain lainnya tepatnya hanya 1/3 dari 10 itu. Saya sendiri bimbang kalau saya tetap main, saya sendiri tidak tahu kuatkah atau mungkin saya akan tergeletak di tengah lapangan. Kalau saya tidak main, sepakbola yang identik dengan kesebelasan tidak mungkin menjadi kesepuluhan. Akhirnya saya memutuskan tetap main, karena beberapa hari ini saya tidak bisa menemui pelatih untuk meminta agar aku tidak dimainkan.
Aku main dengan posisi yang tidak aku mengerti. Ingin jadi beck ternyata sudah bercokol beck-beck tangguh. Ingin main sebagai gelandang bertahan pos ini sudah diisi juga. Ingin jadi gelandang serang kondisi tidak memungkinkan untuk menyerang. Ingin jadi penyerang ternyata ada beberapa penyerang yang selalu menunggu di depan. Pelatih selalu meneriakiku bahwa aku harus membantu penyerangan dan pertahanan. Tapi dari 10 pemain di teamku tidak semuanya menginginkan aku membawa bola.
Saat aku mendapat bola itu, aku bingung apakah bola itu harus aku operkan ataukah kubawa sendiri. Kalau aku bawa sendiri terlalu susah untuk membuat gol, kalau aku operkan ke kawan sulit juga karena diantara kami tidak ada saling pengertian. Misalkan aku menginginkan permainan oper-oper pendek sampai bola di depan gawang lawan, tapi mereka malah bermain umpan-umpan panjang.
Aku main dengan posisi yang tidak aku mengerti. Ingin jadi beck ternyata sudah bercokol beck-beck tangguh. Ingin main sebagai gelandang bertahan pos ini sudah diisi juga. Ingin jadi gelandang serang kondisi tidak memungkinkan untuk menyerang. Ingin jadi penyerang ternyata ada beberapa penyerang yang selalu menunggu di depan. Pelatih selalu meneriakiku bahwa aku harus membantu penyerangan dan pertahanan. Tapi dari 10 pemain di teamku tidak semuanya menginginkan aku membawa bola.
Saat aku mendapat bola itu, aku bingung apakah bola itu harus aku operkan ataukah kubawa sendiri. Kalau aku bawa sendiri terlalu susah untuk membuat gol, kalau aku operkan ke kawan sulit juga karena diantara kami tidak ada saling pengertian. Misalkan aku menginginkan permainan oper-oper pendek sampai bola di depan gawang lawan, tapi mereka malah bermain umpan-umpan panjang.
Saturday, April 21, 2007
SEBUAH PIKIRAN YANG TAK TERSALURKAN
Entah pikiran ini tak tersalurkan atau lebih tepatnya tak terkomunikasikan. Sebenarnya aku pengin ngomong terkait presentasi yang dilakukan kelompok satu yang membahas masalah lingkungan pemasaran global.
Menurut saya Memang benar untuk common law dilaksanakan oleh pemerintah Inggris dan para koloninya, di Selandia Baru memang tak ada hukum tertulis apabila ada pelanggaran maka putusan didasarkan pada tradisi-tradisi warisan pemerintah kolonial inggris. Dan menurut sejarah memang dahulu kala Selandia Baru adalah daerah koloni Inggris.
Menurut saya Memang benar untuk common law dilaksanakan oleh pemerintah Inggris dan para koloninya, di Selandia Baru memang tak ada hukum tertulis apabila ada pelanggaran maka putusan didasarkan pada tradisi-tradisi warisan pemerintah kolonial inggris. Dan menurut sejarah memang dahulu kala Selandia Baru adalah daerah koloni Inggris.
Wednesday, April 18, 2007
Bola atau permainan??
Menjadi bagian dari permainan ataukah hanya menjadi sebuah "bola" dalam gelinding bola kehidupan. Yach dua pilihan itu yang akhir-akhir ini sering aku renangkan. Kalau memang aku bagian dari permainan ini, tentu aku merasakah sebuah kepercayaan dan kerjasama. Namun lebih tepat kalau saat ini aku hanya menjadi sebuah bola.
Seorang Paulo Maldini tak diragukan lagi kiprahnya sebagai sang captain Rossoneri, dia masih tetap tidak bisa bermain sendiri. Dia masih membutuhkan seorang Nesta, yang mungkin saat baru bermain di Rossoneri belum sehebat sekarang. Dia mau mendampingi Nesta karena dia tahu orang inilah yang akan membantuku mensukseskan ambisiku untuk meraih kemenangan demi kemenangan dan tentu saja membantu tugas utamanya yaitu menjaga keperawanan gawang AC Milan. Kemudian dia tidak hanya membutuhkan seorang Alesandro Nesta, dia masih membutuhkan seorang Dida yang akan menangkap bola bila bola telah melewati kakinya.
Itu saja belum cukup untuk membuktikan bahwa dia memang seorang captain yang hebat. Dia masih membutuhkan Ivan Gennero Gatuso, Seedorf bahkan Ricardo Izecson Santos Leite dan Filipo Inzaghi di barisan tengah dan depan. Dia sadar tak akan ada arti seorang Maldini tanpa mereka semua. Maldini tetap percaya kepada rekan-rekannya dan bahkan bukan hanya Maldini tapi semua pemain Milan saling Percaya. Apa buktinya??, Buktinya adalah Maldini sendiri masih memberikan bola ke Kaka yang diteruskan ke Pipo hingga akhirnya terciptalah seorang Gol.
Lantas apa peran Carlo Anceloti. Dia berdiri disamping lapangan sambil mengepulkan asap rokok dan berteriak agar instruksi-instruksinya tetap dilaksanakan. Namun teriakan itu kembali tiada artinya kalau diantara pemain tidak ada saling kepercayaan dan kerjasama. Seorang Maldini akan terus berlari membawa bola dari barisan pertahanan hingga kedepan gawang lawan, namun malangnya tak terjadi gol. Yang terjadi malah serangan balik dan membuahkan gol. Kesalahan Maldinikah??
Kalau dalam kehidupanku kali saat ini, aku belum menjadi seorang "kaka" atau "pipo", aku masih menjadi bolanya yang sering disepak oleh para pemain. Beruntung kalau yang menyepak aku adalah pemain sekaliber kaka, ini yang menendang aku adalah seorang pemain tingkat RT yang ada di desaku yang mungkin saja masih belajar bagaimana menyepak bola itu. Lantas aku merasa pelatih anak ini menendangku juga karena pelatih ini marah, marahnya mungkin karena instruksinya tidak digubris atau mungkin juga dia terlalu enjoy dengan dirinya sehingga lupa ada 10 pemain lain yang sama-sama sebagai pemain tingkat RT.
Kalau bola kehidupan sudah menggelinding kita hanya bisa berharap posisi dibawah yang saat ini teralami akan segera merambat naik. kalau sudah diatas Perlukah kita memberikan "ganjel" agar bola kehidupan ini tidak turun lagi. Jawabanku adalah tidak perlu. Lho mengapa? Agar kita tahu rasanya ada di dua posisi yang berbeda.
Seorang Paulo Maldini tak diragukan lagi kiprahnya sebagai sang captain Rossoneri, dia masih tetap tidak bisa bermain sendiri. Dia masih membutuhkan seorang Nesta, yang mungkin saat baru bermain di Rossoneri belum sehebat sekarang. Dia mau mendampingi Nesta karena dia tahu orang inilah yang akan membantuku mensukseskan ambisiku untuk meraih kemenangan demi kemenangan dan tentu saja membantu tugas utamanya yaitu menjaga keperawanan gawang AC Milan. Kemudian dia tidak hanya membutuhkan seorang Alesandro Nesta, dia masih membutuhkan seorang Dida yang akan menangkap bola bila bola telah melewati kakinya.
Itu saja belum cukup untuk membuktikan bahwa dia memang seorang captain yang hebat. Dia masih membutuhkan Ivan Gennero Gatuso, Seedorf bahkan Ricardo Izecson Santos Leite dan Filipo Inzaghi di barisan tengah dan depan. Dia sadar tak akan ada arti seorang Maldini tanpa mereka semua. Maldini tetap percaya kepada rekan-rekannya dan bahkan bukan hanya Maldini tapi semua pemain Milan saling Percaya. Apa buktinya??, Buktinya adalah Maldini sendiri masih memberikan bola ke Kaka yang diteruskan ke Pipo hingga akhirnya terciptalah seorang Gol.
Lantas apa peran Carlo Anceloti. Dia berdiri disamping lapangan sambil mengepulkan asap rokok dan berteriak agar instruksi-instruksinya tetap dilaksanakan. Namun teriakan itu kembali tiada artinya kalau diantara pemain tidak ada saling kepercayaan dan kerjasama. Seorang Maldini akan terus berlari membawa bola dari barisan pertahanan hingga kedepan gawang lawan, namun malangnya tak terjadi gol. Yang terjadi malah serangan balik dan membuahkan gol. Kesalahan Maldinikah??
Kalau dalam kehidupanku kali saat ini, aku belum menjadi seorang "kaka" atau "pipo", aku masih menjadi bolanya yang sering disepak oleh para pemain. Beruntung kalau yang menyepak aku adalah pemain sekaliber kaka, ini yang menendang aku adalah seorang pemain tingkat RT yang ada di desaku yang mungkin saja masih belajar bagaimana menyepak bola itu. Lantas aku merasa pelatih anak ini menendangku juga karena pelatih ini marah, marahnya mungkin karena instruksinya tidak digubris atau mungkin juga dia terlalu enjoy dengan dirinya sehingga lupa ada 10 pemain lain yang sama-sama sebagai pemain tingkat RT.
Kalau bola kehidupan sudah menggelinding kita hanya bisa berharap posisi dibawah yang saat ini teralami akan segera merambat naik. kalau sudah diatas Perlukah kita memberikan "ganjel" agar bola kehidupan ini tidak turun lagi. Jawabanku adalah tidak perlu. Lho mengapa? Agar kita tahu rasanya ada di dua posisi yang berbeda.
Saturday, April 14, 2007
sepakbola, kehidupan, dan bisnis
.jpg)
Bicara soal sepakbola tidak bisa dipisahkan dengan "sikulit bundar", klub-klub elite dan seabrek trik-trik, semuanya hanya akan menuju satu kata kemenangan. Namun kalau kita bisa memahami permainan sepakbola sama saja dengan permainan kehidupan di dunia ini. Siapa yang menguasai "kulit bundar kehidupan" di teamnya maka merekalah yang memiliki kesempatan besar untuk menang. Namun tentu harus tetap waspada karena bisa saja lawan memanfaatkan "serangan balik" untuk menekan kita dan inilah yang berbahaya dalam sebuah permainan sepak bola.
Apa yang terjadi dalam bisnis sebenarnya juga sama dengan apa yang terjadi pada permainan sepakbola. Sebuah perusahaan harus tetap waspada walaupun perusahaan ini telah menjadi "leader" karena sewaktu-waktu lawan bisa melakukan serangan balik sama seperti yang terjadi dalam sepakbola. Tentu kita bisa melihat bahkan bagi mereka yang pernah main bola mulai dari Sudar yang bermain di la
pangan kampung yang becek sampai sekaliber Ricardo Izecson Santos Leite yang dimanjakan dengan seabrek fasilitas di Rossoneri, mereka semua tiada pernah ada artinya tanpa 10 pemain lain. Sama saja yang terjadi di sebuah perusahaan sehebat apapun direktur sebuah perusahaan tak pernah akan berhasil tanpa kerjasama pekerjanya baik itu petugas kebersihan perusahaan, pekerja sampai jajaran elite perusahaan. Mereka semua adalah "pemain-pemain" yang keberadaannya menunjang keberhasilan menggiring bola ke gawang lawan hingga gol tercipta satu demi satu.

Kita juga bisa belajar arti kerjasama, tanggungjawab dan kepercayaan pada sepakbola. Bayangkan saja tanpa ada kerjasama, tanggungjawab masing-masing pemain dan rasa saling percaya tak pernah ada umpan manis dari seorang David Beckham ke seorang Owen atau seorang Ronaldo. Sekarang ini sepakbola telah tumbuh menjadi bisnis yang sangat menggiurkan seorang Roman Abrahamovic rela merogoh keceknya untuk menginvestasikan dana ke klub Chelsea, tidak mungkin beliau rela begitu saja, tentu potensi keuntungan telah menjadi pertimbangan beliau. Kita juga bisa melihat bagaimana klub-klub eropa begitu mudah mencari sponsor dan sahamnya pun banyak diminati. Bagaimana seorang perdana menteri Italia mendapatkan milyaran euro hanya dari "kulit bundar".
Lantas sebagai orang Indonesia tentu kita semua bertanya kapankah Indonesia punya lapangan yang bagus sekelas MU, pemain-pemain yang bisa masuk piala dunia. Kalau sebagain orang pesimis saya justru optimis hitung-hitung saja berapa banyak penduduk kita dan bandingkan dengan jumlah penduduk yang negaranya selalu masuk piala dunia. Kalau di Inggris ada 10 pemain tentu kita punya 100 pemain. Hanya saja olahraga merakyat ini memang belum benar-benar dirakyatkan. Kalau kita hanya berharap pada pemerintah bukankah mereka telah disibukkan dengan urusan bencana alam, lantas siapa yang harus memulai mendandani sepakbola indonesia tentu kita generasi muda. Yang hobi banget ama nonton sepakbola atau bermain sepakbola jangan hanya hobi saja berbuatlah yang lebih baik. Gabunglah dengan klub-klub walaupun itu hanya sekelas RT. Bermainlah secara profesional jangan sepakbola dijadikan arena adu jotos. Miris sebenarnya melihat sebuah event olahraga di Kampus saya yaitu POR, sebuah ajang yang sebenarnya ditujukan untuk menjalin persahabatan antar kelas berubah menjadi ajang adu jotos hanya sebuah gol. Bukankah di dalam kehidupan ini menang atau kalah adalah wajar. Kalau kita kalah kali ini belajar dari kekalahan karena sebenarnya kita akan lebih berhasil kalau kita bisa belajar dari kekalahan.
Subscribe to:
Posts (Atom)